Kamis, 14 November 2019

LUPA DIRI SEORANG PEMIMPIN

Dewasa ini kita sering melihat berita di televisi menayangkan para elit politik berdebat. Bahkan ajang debat sering disiarkan secara live. Pihak satu dengan pihak yang lain saling beradu argumen, (mungkin) masing-masing merasa paling benar. Tak jarang, kalimat yang keluar merupakan kata-kata yang tak pantas dari seorang pemimpin. Terlebih tayangan tersebut ditonton oleh berjuta pasang mata. Setiap pihak akan membuat pembenaran terkait apa yang telah dipertentangkan.

Jabatan dan harta mampu merubah watak seseorang. Ketika awal merintis karir, seseorang masih memegang aturan, norma, sopan santun dan hukum agama sebagai tatacara berperilaku kepada teman dengan sangat baik. Penilaian yang baik ini akan membuat seseorang memiliki prestasi dan cepat menuju puncak karir. Akan tetapi ketika seseorang sudah mencapai puncak karir (jabatan) akan membuat orang lupa diri. Merasa berkuasa dan paling benar segala tindakan maupun ucapannya.

Jabatan adalah bagian dari ujian, karena jabatan memiliki kekuasaan yang satu paket dengan harta. Tak sedikit  pejabat yang terkena kasus korupsi. Semua berawal dari jabatan dan kekuasaan. Orang yang memiliki kekuasaan akan tergoda meraup harta yang semestinya bukan menjadi haknya. Jabatan membuat orang menjadi lupa diri, lupa dengan hukum agama maupun negara.

Sindrom pemimpin, seperti yang sudah disebutkan diatas adalah merasa paling benar. Berkat kekuasaan yang dimiliki membuat apa yang dilakukan adalah kewajaran. Jabatan bukan lagi menjadi suatu amanah, namun menjadi alat atau sarana untuk menguasai sesuatu.

Jika seseorang yang memiliki jabatan (kekuasaan) sering membuat dia menjadi sombong dan membuat dirinya menjadi lupa diri. Seakan posisi yang dia dapat saat ini adalah hasil dari perjuangannya sendiri tanpa melibatkan bantuan orang lain.

Pemimpin  yang lupa diri akan berbuat semaunya. Tindakan melampaui batas bahkan ada sering melecehkan dan mengkerdilkan orang-orang yang dulu berjuang bersamanya. Dan orang seperti ini selalu dekat dengan kehancuran. Karena banyak kawan yang setia berubah jadi cenderung memusuhi atau tidak suka.

Setiap orang perlu kembali bercermin, melihat apa yang telah dia perbuat sampai taraf kehidupan sekarang. Apakah kehidupan saat ini telah membawa ke dalam kebaikan atau justru telah menyesatkan dalam kemaksiatan. Namun sebagian besar pemimpin menjadi pelupa, tamak, rakus, sombong dan angkuh. Dan pada akhirnya berakhir di penjara bersama kesombongan dan keangkuhannya,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Korupsi Menjadi Jalan Pintas Untuk Mendapatkan dan Mempertahankan Kekuasaan

Korupsi sedang naik daun sudah tentu bersama dua kembaran nya yaitu kolusi dan nepotisme. Korupsi, kolusi, dan nepotisme di negeri ini telah...